Sunday, December 7, 2014

Spirit from PeRaDiAsS (read:Paradise)

Dua tahun lebih lamanya kami saling mengenal. Ada masa di mana aku masih linglung dengan lingkungan baru. Sebelum dekat dengan mereka,aku suka menyendiri di tangga akhwat depan kamar mandi. Menyedihkan? Iya. Berbekal hape dan headset aku lebih banyak duduk terdiam di sana. Aku ingat hang out perdana kami. Saat itu setelah selesai LDKS SMK kami main ke Lembang untuk makan jagung bakar. Tak hanya makan, kami pun groufie pertama kali. Setelah hang out perdana kami,kami saling dekat dan semakin akrab. Tahun berganti, cobaan menanti. Banyak sekali masalah yang dihadapi. Mulai dari ditinggal keluarga tercinta, masalah pekerjaan, hubungan dengan guru lain bahkan surat cinta yayasan, semuanya kami lalui. Aku bersyukur punya teman sekaligus rekan kerja yang saling menguatkan seperti mereka. Saat ada masalah kami selalu rapat di ruang sidang kami sendiri, yakni grup WA. Kami berkumpul saat istirahat sekedar bercanda atau sharing tentang kerjaan dan siswa.
Sekarang sudah beberapa trip kami lalui bersama, event kami lewati dan masalah kami hadapi. Semoga ke depannya kami bisa saling menguatkan.
Terimakasih besties... Tak bisa ku ungkap syukurku dengan kolase foto atau slideshow video. Hanya kumpulan kata ini yang bisa ku ukir. Dan satu nama yang terukir selalu PeRaDiAsS yang bukanlah nama geng motor atau cabe-cabean. Itu hanya kumpulan nama lima orang yang sama-sama ingin menikmati Paradise di akhirat kelak.

Wednesday, November 26, 2014

From Cordova With Love

Hari ini kutulis kisah cintaku. Kisah cinta yang tak biasa. Kisah cinta sederhana dari sebuah nama kota. Entah darimana harus ku mulai, aku bingung jika harus mengungkapkan kapan tepatnya aku mulai jatuh cinta. Rasa ini mengalir begitu saja.
Kurang lebih 2,5 tahun lalu aku lolos audisi untuk berperan menjadi seorang guru di sebuah SMP. Aq mulai segala proses dari mulai reading sampai ke aktingnya. Aku membiasakan diriku dengan setting, pemain dan kru yang bekerja sama denganku. Ada satu angkatan dimana aku merasa nyaman di dalamnya. Angkatan ini ada bertepatan saat aq debut sebagai guru. Mereka anak yang manis dan pandai. Namun tak jarang aku mengalami berbagai kendala. Maklum saja sebagai guru yang baru debut, idealismeku cukup tinggi. Awalnya ini menyulitkan murid-muridku, tapi akhirnya semua dapat berjalan lancar. Hubungan guru dan siswa ini berjalan begitu saja. Kami berbagi cerita, canda, tawa dan air mata. Aku berbagi sebuah lagu yang hingga kini selalu identik dengan mereka setiap ku mendengarnya. "Count on Me" itulah judul lagu dari Bruno Mars yang selalu mengingatkanku pada mereka.
Tak terasa episode dramaku sudah menginjak periode satu tahun. Dari seorang guru biasa, aq dipercaya untuk membimbing salah satu kelas dari angkatan yang ku cintai untuk menjadi wali kelas. Pertama kali berperan sebagai wali kelas, aku bingung harus bersikap bagaimana. Berlaku layaknya ibu, aku belum bisa. Umurku dengan mereka hanya terpaut 11 tahun. Mereka seperti Kintan dan Jasmine, kedua keponakanku. Aku memutuskan untuk memperlakukan mereka seperti, adik, keponakan atau teman. Aq selalu merasa kalau aku ini seperti tutor mereka, bukan guru. Pilihan peran yang kumainkan ini membuatku semakin dekat dengan mereka. Bahkan saat libur pun ingin cepat berkumpul lagi dengan mereka. Namun, kadang aku bisa merasakan kecemburuan tatkala mereka sedang berpaling dariku. Apalagi pubertas yang mereka alami membuat sebagian dari mereka berubah. Merek mulai berpaling pada lawan jenis dan ini seringkali mereka tutupi dariku. Saat-saat seperti ini aku bisa merasakan kehilangan seorang ibu pada anaknya saat anaknya dalam masa pubertas dan berpaling dari ibunya. Tapi untungnya mereka masih bisa terbuka sehingga aku bisa menjaga mereka.
Pada 25 Nopember 2013, anak-anak memberi kejutan berupa bunga untuk guru-guru dalam rangka Hari Guru. Saat itu aku tersadar bahwa aku adalah seorang guru sekarang. Awalnya aku berpikir bahwa aku hanya mengajar dan mentransfer ilmu, tapi itu salah. Saat akhir-akhir tahun ajaran 2013-2014, aku baru sadar bahwa murid ada cerminan gurunya. Aku berpikir, "Oh, selama ini teh aku mencari nafkah sebagai seseorang yang digugu dan ditiru. Apa yang mereka lakukan itulah hasil meniru dari seorang guru." Aku tersadar bahwa profesi ini tidak main-main. Dunia akhirat taruhannya.
Kemarin adalah Hari Guru keduaku. Aku bersikap biasa. Ada murid mengucapkan selamat Hari Guru, aku hanya mengangguk dan berterima kasih. Bagiku itu tidaklah spesial. Aku merasa peran yang kujalani selama ini bukanlah peran seorang guru, tapi lebih ke kakak yang jahil, tante yang kepo serta pengajar yang galak. Maka saat itu muncul pertanyaan "Apa aku ini bisa disebut sebagai seorang guru?"
Hari ini pertanyaan itu terjawab. Aku memang belum layak disebut guru yang baik. Tapi aku sedang dalam perjalanan menuju ke sana. Suatu hari aku bisa dengan mantap menyebut diriku ini guru dan memposisikan diri serta bersikap layaknya seorang guru. Dan untuk menjadi seorang guru, aku memiliki cinta dan dukungan setidaknya datang dari nama sebuah kota, Cordova. Aku tak menyadari betapa aku punya cinta yang besar dari keluarga Cordova. Padahal selama ini anak-anak itu tak luput dari ketegasanku, kekesalanku dan kebawelanku. Terima kasih kiddos. Kasih sayang kalian membakar semangat untuk mengantar kalian ke SMA terbaik bagi kalian dengan bekal ilmu (bukan nilai) yang memadai sebagai pondasi belajar di SMA kelak.
Foto dalam kisah ini adalah potret cinta yang dibingkai untaian kata. Kini, izinkan aku melukiskan cintaku untuk Galasix, khususnya Cordova dalam sebuah surat cinta "From Cordova With Love"

Sunday, November 23, 2014

Berkawan Kegagalan

Pertama jadi scholarship hunter mulai dari SMP. Terhitung sudah 13 kali proses yang sudah ku jalani. Proses melengkapi berkas itu sudah biasa. Tes ini itu pun demikian. Percobaan pertama langsung gagal. Masih hijau banget. Kedua kali mencoba tingkatannya naik tapi masih gagal. Ketiga kali nyoba, tembus sampai tahap 2 namun berakhir dengan kegagalan. Coba lagi untuk melanjutkan pendidikan tapi hanya iseng-iseng ikutan temen. Eh, malah masuk. Padahal inginnya masuk ke universitas lain. Tapi dengan segala pertimbangan tidak ku sia-siakan keberuntunganku ini. Usaha ke lima dengan lingkup yang lebih luas selalu gagal di tahap wawancara. Lebih parah lagi usahaku akhir-akhir ini seleksi berkas pun tak lolos. Jadi sebenernya selama ini cukup berkawan baik dengan KEGAGALAN. Down? Banget, tapi penasaran. Makanya coba lagi dan coba lagi. Kalau gagal setidaknya bisa mengukur diri: mengukur potensi dan kekurangan. Tapi tak lantas berpuas diri atau merasa rendah diri. Harus berani mengevaluasi dan mencoba lagi. Mogok tentu pernah. Pernah hilang hasrat dan semangatku. Tapi selalu saja rasa penasaran yang membuatku bangkit dan mencoba lagi. Selama ini baru menjadi seorang dream chaser. Tak apalah. Suatu hari aku akan menjadi dream catcher, catching my dreams of course. Akan ku tangkap dan ku peluk erat mimpiku itu sehingga takkan pernah terlepas lagi. Jadi, siapa takut berkawan dengan kegagalan?

Sunday, November 16, 2014

Teenagers' interest : Fanficiton and Role Play

Dua tahun belakangan berkecimpung di dunia pendidikan di lingkungan remaja usia SMP. Kebetulan murid-murid saya seangkatan dengan kedua keponakan yang sudah remaja. Pada masa itu banyak hal yang saya pelajari dari polah remaja ini. Ada dua hal yang menarik perhatian saya yang sedang menjadi tren di kalangan remaja putri yakni Fanfiction dan Role Play. Dua hal ini cukup baru bagi saya.

Fanfiction
Untuk memulai topik kali ini saya mencoba memulainya dengan menyajikan definisi fanfiction (selanjutnya disebut FF) berdasarkan wikipedia.
"Fan Fiction adalah sebuah cerita
fiksi yang dibuat oleh penggemar
berdasarkan kisah, karakter atau
latar yang sudah ada. Fanfic bisa
berlaku untuk film, komik, novel ,
selebritis dan karakter terkenal
lainnya. Terkadang sejumlah fanfic
menyertakan penulisnya atau
nama orang lain sebagai karakter
cerita (sering disebut OC atau
original character), ada pula yang
tidak."
Ditilik dari namanya, FF ini adalah fiksi yang dibuat oleh fans atau penggemar. Ini seperti media bagi fans untuk mengembangkan cerita berdasarkan film, drama seri, novel dll sesuai dengan imajinasi fans itu sendiri. Sebenarnya ini merupakan ruang kreativitas yang baik apalagi FF ini bisa menjadi batu loncatan untuk menjadi seorang penulis dengan karya aslinya. Namun, ada beberapa kasus penyimpangan yang dialami oleh remaja yang saya temui yang berhubungan dengan FF ini. Saya coba mencari tahu lebih jauh dan membaca beberapa judul FF. Awalnya saya tertarik mengikuti, tapi lama kelamaan kebanyakan karya FF yang saya baca selalu menggambarkan adegan ciuman dll yang tidak patut dibaca oleh remaja. Akhirnya saya mengerti kenapa FF ini memberi dampak negatif pada remaja. Tidak hanya adegan terlarang tapi FF juga sering berisi adegan kekerasan dan ceritanya pun rawan kasus disorientasi seksual untuk beberapa jenis.

Role Player
Role Player atau yang populer disebut RP bukanlah seperti bermain peran dalam drama pada umumnya. RP ini lebih mengacu kepada seseorang yang berperan menjadi orang lain di dunia maya. Pelaku RP ini biasanya memiliki satu akun atau lebih dimana ia menjadi pribadi yang berbeda dengan jati dirinya sendiri. Selain menjadi orang yang berbeda, pelaku RP ini acapkali mengubah gender mereka saat bermain peran ini. Banyak remaja yang mulai keranjingan bermain RP ini. Umumnya mereka menggunakan nama-nama tokoh idolanya mulai dari idola Korea, Jepang sampai Hollywood.
Menurut saya pribadi, tingkah laku remaja ini sudah menimbulkan kerugian. Saya menemukan beberapa kasus pada murid saya dimana ia mengalami penyimpangan dalam tingkah lakunya. Umumnya, sikap pelaku akan berbeda dari dunia nyata. Di dunia maya yang biasanya maceuh, banyak di antara mereka yang aslinya pendiam. Mereka seperti memiliki dua kepribadian yang berbeda. Lebih jauh lagi, RP ini dapat mempengaruhi ketertarikan terhadap lawan jenis. Ada beberapa kasus yang saya jumpai dimana pelaku lebih menyukai teman sesama jenis. Mungkin memang belum separah disorientasi seksual tapi jika dibiarkan hal ini bukan tidak mungkin terjadi. Oleh karena itu, sudah selayaknya kegiatan RP ini diawasi oleh orang tua.

Kedua kegiatan yang sedang ngehits di kalangan remaja ini sudah selayaknya mendapat perhatian khusus dari orang tua dan guru di sekolah. Melakukan pendampingan saat remaja bermain dengan gadgetnya bisa jadi salah satu cara mengawasi tingkah laku mereka. Mungkin banyak remaja yang merasa privasinya terganggu, tapi bagi saya jika orang tua wajib memantau privasi remaja sampai setidaknya mereka sudah cukup dewasa dan bijaksana.

Monday, November 10, 2014

Bahaya Miskom

Ga nyangka... Gara-gara miskom efeknya bisa mengubah suasana lingkungan kerja. Gara-gara miskom yang ga sampe sebaskom bisa bikin orang negative thinking sampe menjurus ke fitnah.
Pantesan banyak pasangan cerai gara-gara miskom. Banyak sahabat menjadi musuh gara-gara miskom. Emang apaan sih miskom itu? Kalau baskom mah keliatan wujudnya, lah kalau miskom?

Miskom itu adalah ketika lo tidak menyampaikan sesuatu yang seharusnya lo sampaikan. Karena lo ga menyampaikan sesuatu tadi akhirnya banyak orang punya interpretasi sendiri yang akhirnya menyebabkan gagal paham atau salah fokus.

Miskom bisa juga berarti lo salah menginterpretasikan hal yang disampaikan dan membuat makna dari sebuah ujaran menyimpang.

Miskom itu adalah ketika lo lagi kangen sama si kokom. Whaaaaattttt? Ini sih salah fokus!!!

Nah, itu tuh beberapa versi penjelasan si miskom. Gue yakin lo ga bakalan milih definisi terakhir.

Terus gimana caranya biar ga miskom? Nah, ntu dia... Gue belom tahu teori yang benernya pegimana. Tapi gue sendiri punya trik-trik nih.

Saat lo ngomong sama orang lain lo harus FOKUS. Sekali aja gagal fokus lo bisa gagal paham sama arah pembicaraan. Terus coba baca arah pembicaraan dan maksud dari yang tersurat dan tersirat.

Kemudian, perluas deh cara pandang lo akan sebuah masalah. Coba liat masalah dari sudut pandang lawan bicara lo. Kadang sulit memahami jalan pikiran orang lain kalau kita ga berada dalam situasi lawan bicara kita.

Kalau gue sih, daripada miskom mending makan misro. Salah fokus lagi!!! Yaaa kalau ga mau miskom, keterbukaan solusinya. Selain itu lo harus menguasai teknik komunikasi yang baik... Biar pada ga gagal paham.

Nah, sekian deh kenalan ama miskomnya. Moga lain kali pada ga gagal paham ye... Atau jangan-jangan lo yang baca blog ini juga gagal paham sama isi tulisan ini? Moga tidak yeeee....

Saturday, November 8, 2014

GoBlog on the go

Yippieee.... Now blogging is much easier with Blogger for Andro. Ga harus online via PC/Laptop. Makin banyak posting deh.

Selama ini posting status di Facebook selalu panjang. Itu karena saya yang terlalu malas membuka blog dan posting di sana. Pernah sekali posting di blog via opera mini di hape tapi entah mengapa jadi sulit. Jadinya lebih suka menulis di Facebook daripada di blog. Tapi ada untungnya juga sih. Status panjang menjadi ciri khas.

Pernah suatu ketika akun Facebook dibajak dengan kata-kata narsis. Kalimatnya pendek sekali. Nah, karena kebiasaan saya yang sering membuat status panjang lebih mudah mengidentifikasi kalau ada status pendek aneh-aneh sebagai status bajakan. Hehehe.

Selama off blogging sudah banyak ide tulisan yang terbuang begitu saja. Meski sedikit ada yang nyangkut di status Facebook, tapi lebih banyak yang terbuang. Tapi sekarang, saya bisa blogging anytime anywhere deh as long as paket internet masih ada. ㅋㅋㅋ...

So this is a real comeback. Mungkin posting terakhir itu sebagai teaser... (ceileeeh... Siapa yang ngerasa teased coba?). Blog ini satu-satunya tempat yang jarang dikunjungi teman-teman dunia nyata. Yaaa... bisa sebagai tempat persembunyian untuk curcol dan sharing opinion tanpa takut dijudge. Well then.... I'll go blog hohoho...

Saturday, August 9, 2014

Kumon dan Kurikulum 2013

Pagi ini dimulai dengan menyantap buku pegangan guru kurikulum 2013. Setelah beberapa saat membaca buku ini, rasanya tidak asing dengan strategi penerapan kurikulum 2013 ini. Beberapa hal yang ada di buku ini mirip seperti sistem belajar di Kumon dulu.
1.       Instruksi
Dalam buku ini membaca instruksi sangat dianjurkan. Di Kumon, sebelum mengerjakan worksheet, siswa wajib membaca nyaring instruksi yang tertulis di worksheet kemudian mencentang instruksi tersebut. Maksudnya agar siswa secara mandiri memahami instruksi dalam kegiatan pembelajaran.
2.       Role play
Salah satu kegiatan belajar Bahasa Inggris yang dianjurkan dalam buku ini adalah role play atau bermain peran. Kegiatan ini disebut oral checking saat dulu mengajar di Kumon. Sejak awal saya mengajar di Kumon, saya merasa kegiatan ini benar-benar menunjang untuk mempelajari bahasa asing, meski praktiknya kadang agak sulit secara teknis.
3.       Karakter pada lembar kerja
Kumon menggunakan worksheet yang dirancang khusus sehingga di setiap lembar kerjanya selalu ada karakter yang sudah diperkenalkan sejak level A (program EFL). Nah, di buku pegangan siswa dengan kurikulum 2013 ini ternyata ada karakter-karakter yang diperkenalkan di awal dan digunakan di seluruh bab pada buku tersebut.
4.       Unsur kebahasaan
Sebenarnya sejak saya belajar di SD pun unsur kebahasaan, seperti ejaan dan tanda baca sangatlah ditekankan oleh guru. Namun lama kelamaan aturan ejaan dan tanda baca sepertinya sudah tidak terlalu ditekankan oleh sebagian guru. Nah, di kurikulum 2013 ini unsur kebahasaan seperti  ucapan, tekanan kata, intonasi, ejaan, tanda baca dan tulisan tangan sangat diperhatikan untuk penilaian. Hal ini mirip seperti di Kumon dimana penggunaan ejaan yang salah, tanda baca yang tidak lengkap dan tulisan tangan yang tidak rapih dikategorikan sebagai kesalahan minor (minor mistakes) dan berakibat pada pengurangan poin. Selain itu untuk memastikan ketepatan ucapan, tekanan kata dan intonasi, siswa Kumon wajib mendengarkan CD materi Kumon setiap hari. Hal ini dikarenakan ketepatan ucapan, tekanan kata dan intonasi diperhatikan dalam penilaian saat oral checking.
Beberapa hal di atas merupakan kemiripan antara kurikulum 2013 dan kurikulum di Kumon. Artikel ini sebenarnya tidak dimaksudkan untuk promosi, namun saya yang pernah mengajar di Kumon sebagai asisten pengajar Bahasa Inggris, mendapatkan ilmu yang luar biasa dalam hal mengajar dan mendidik dari Kumon. Ilmu tersebut sekarang saya terapkan di sekolah dimana saya mengajar. Satu pertanyaan saya: “Mungkinkah saat ini pemerintah sedang mengadopsi sistem pendidikan di Jepang?”
Semoga kurikulum 2013 yang dicanangkan oleh pemerintah ini memang dibuat mudah dan memudahkan tidak hanya bagi guru tapi juga untuk siswa.