Sunday, August 20, 2017

Berlajar Mimpi dari Dorama

Rehat dari dunia drakor,  drama Jepang benar-benar mencuri perhatian dan membakar semangat untuk meraih mimpi. Sudah lama sekali berpaling dari drama Jepang. Rasanya terakhir kali menonton dorama itu saat kuliah saat nonton bareng Nodame Cantabile di kosan teman yang jadi basecamp untuk ngumpul. Drama Jepang memang punya kekhasan yaitu sarat pesan mewujudkan mimpi.  Seperti Nodame dan Chiaki yang bekerja keras mengatasi semua rintangan untuk mengejar mimpi mereka,  karakter-karakter dalam dorama memang digambarkan penuh semangat dalam meraih cita dan cinta.

Dua minggu ini, berawal dari jenuh akan drakor yang semakin absurd jalan ceritanya,  aku menemukan film Lies in April.  Awal nonton film ini benar-benar terasa seperti Nodame Cantabile. Suasana musik klasik mendominasi latar musik sepanjang film.  Namun,  akhir cerita film ini terasa seperti One Litre of Tears.  Rasa manis dan haru dibalut semangat meraih mimpi menghiasi film ini. Pemain utama prianya (klise memang) benar-benar menarik.  Seperti biasa,  kalau sudah suka sama satu aktor,  judul lain yang dibintangi sang aktor pasti diburu.  Mulailah berburu film dan dramanya Yamazaki Kento. Banyak juga film yang dibintangi Kento. Ternyata ini bukan pertama kalinya aku menonton filmnya Kento.  Sebelumnya sudah pernah menonton Another tapi saat itu tak begitu tertarik. Akhirnya dimulailah maraton film mulai dari Wolf Girl and Black Prince,  LDK sampai Heroine Shikkaku.  Masih ada dua film lagi dalam antrian.

Sebelum sempat menyelesaikan film yang tersisa,  aku tertarik menonton A Girl and Three Sweethearts.  Drama ini bercerita tentang patissier yang dipecat dari toko kue di Tokyo dan akhirnya mendapat pekerjaan di kota lain berkat bantuan teman (cinta pertamanya lebih tepatnya). Sekali mendayung dua tiga pulau terlalui.  Sambil bekerja sambil mengupayakan cinta pertamanya. Di awal drama sempat terkecoh dengan pemeran pria utama. Aku pikir Kento yang memerankan cinta pertamanya.  Tapi ternyata cinta pertamanya sang patissier cuma second lead saja.  Cerita berputar pada tantangan-tantangan yang dihadapi patissier dalam hal karir dan cinta.  Tak hanya itu,  drama ini kental dengan nuansa bromance dimana 3 pria, Shibayashi bersaudara menghadapi konflik keluarga dan persaudaraan mereka diuji.

Beralih dari A Girl and Three Sweethearts,  aku berburu Kento di IG dan mendapati cuplikan drama Mare.  Dari semua peran dia yang kutonton (kebanyakan dia berperan sebagai cowok dingin, angkuh tapi penuh perhatian), karakter dalam drama Mare ini paling berbeda.  Terlihat lebih realistis dan menyenangkan. Ternyata drama ini layaknya drakor seri Reply. Sebuah drama tentang keluarga,  persahabatan dan cinta.  Uniknya dalam setiap konflik yang terjadi sebagian besar masalah adalah tentang mewujudkan mimpi bagi keluarga.  Dari drama ini aku berpikir tentang mimpi apa yang ingin kuraih sebenarnya, apa yang telah aku lakukan dan apa yang harunya aku lakukan. Sebuah drama untuk introspeksi diri kupikir.  Berbeda dari A Girl and Three Sweethearts yang berjumlah 10 episode,  drama Mare ini berjumlah 156 episode.  Whooooaaaaaa!!!!!  Banyak sekali bukan?! Tapi untungya setiap episode hanya berdurasi 15 menit. Jadi tidak terlalu panjang untuk diikuti.  Saat ini aku baru mencapai episode 140 dalam waktu 3 hari.  Mungkin akan selesai malam ini. 

Setidaknya dua minggu ini aku belajar banyak dari dorama Jepang. Tak hanya belajar, tapi merasa ditampar. Bangun Gonissh!!!!  Apa kabar mimpi-mimpimu?  Apa kabar rencana sekolah pascamu?  Apa kabar beasiswa yang ingin kau raih?  Apa kabar dengan negeri lain yang ingin kau jelajahi?  Ah semoga tahun ini aku benar-benar bisa mewujudkan setidaknya salah satu mimpiku seperti karakter-karakter wanita dalam dorama Jepang itu.