Menampung tulisan yang terlalu panjang untuk dijadikan status atau pun kicauan. Semoga tulisannya bermanfaat. Enjoy reading!!! Comments are welcomed.
Thursday, December 24, 2015
Toleransi Antara Natal dan Maulid Nabi
Lagipula, kenapa yang digaungkan untuk dilarang hanya Selamat Natal saja? Bagaimana dengan perayaan agama lain seperti Nyepi, Galungan, Waisak dan Imlek? Apa karena mereka lebih minoritas jadi jarang sekali digaungkan himbauan seperti itu? Jika ingin adil, seharusnya himbauan seperti itu yang mereka pampang saat ini juga mereka pampang saat hari besar agama lainnya.
Saya pribadi melihat himbauan larangan ucapan Selamat Natal ini lebih berpotensi untuk memecah belah umat Islam dan Kristen. Jika tujuan anda berdakwah, apakah dulu Rasulullah juga melakukan hal seperti ini? Saya yakin Rasulullah mengajarkan akidah yang kuat dalam dakwahnya namun beliau tidak pernah mengajarkan untuk menyakiti hati orang lain termasuk non muslim. Jika tujuannya dakwah namun isinya menyakiti hati orang lain apakah akan tetap baik?
Bukan kebetulan tgl 12 Rabiul Awal tahun ini jatuh berdekatan dengan hari Natal. Itu terjadi atas kuasa Allah. Ini justru momentum yang baik untuk kita belajar lagi bagaimana dulu Rasulullah memperlakukan non muslim. Bukti cinta kepada Rasulullah itu bukan dengan membuat peringatan hari lahirnya, tapi dengan meneladani beliau. Percuma membuat peringatan hari lahir beliau tapi masih menyakiti hati sesama manusia. Yang ada tindakan seperti ini hanya akan menumbuhkan kebencian di hati non muslim. Kalau begini, tidak heran Islamophobia terus berkembang.
Yuk, kita dakwah dengan cara yang baik. Rasulullah saja mau menyuapi seorang Yahudi dengan kasih sayang meski ia dizalimi. Masa kita yang mengaku umatnya tidak bisa mencontoh akhlak beliau. Minimal kita bisa membantu menjaga keamanan dan kenyamanan saat non muslim beribadah agar mereka bisa fokus beribadah tanpa kekecewaan dan kebencian terhadap muslim akibat himbauan larangan ucapan Selamat Natal itu.
Sunday, December 20, 2015
Our Family Under Attack (1)
Saturday, November 14, 2015
Dunia Bising
Manusia berkumpul di dunia maya. Dunia yang bising hanya karena sesuatu yang viral. Musim yang ada di dunia maya cepat berganti, tak seperti musim semi, musim panas, musim gugur atau pun musim dingin. Dalam hitungan jam trending topik berganti. Kebisingan dalam dunia ini seperti terarah pada trending topik yang menjadi nomor wahid.
Sebuah insiden dapat membuat seseorang mengubah bendera negaranya. Apa yang hendak kau tunjukkan dengan bendera itu? Tagar #pray yang kau tuliskan apakah benar itu yang kau lakukan? Atau hanya sebuah hiasan? Apakah tagar itu kau selipkan dalam doamu ketika berkomunikasi dengan Tuhanmu?
Tak perlulah kau tunjukkan tagar itu kalau hanya sebagai pajangan belaka. Lisanmu kadang tak sejalan dengan tagarmu. Jarimu mengetik pray, namun lisanmu enggan melafalkannya. Tak perlulah kau ganti fotomu menjadi bendera atau lambang duka. Ku yakin di dalam hatimu kau ikut berduka. Lisanmu yang melantunkan doa apalagi sembunyi-sembunyi, itu lebih baik daripada sekedar tagar atau foto profil.
Janganlah kau pilih-pilih dalam berdoa. Sekarang kau tunjukkan #pray4paris namun kau bungkam pada yang lain. Bukankah sebaiknya doamu itu lebih general?
Tak perlulah kau menambah bising dunia maya dengan tagar dan kecamanmu kalau kau hanya bisa diam dan menutup mata dalam dunia nyatamu. Dunia bising itu hanya akan ramai untuk trending sekejap. Namun doamu dalam hening, tak perlu menunggu trending topik menjadi-jadi. Tak perlu berhenti hanya karena trending topik berganti. Doamu untuk bumi dan segala isi alam ini akan jauh lebih berarti.
Tuesday, November 3, 2015
Healer
Jalan ceritanya memang tidak sekuat Pinocchio, tapi memang drama ini sama-sama membuat SuMo a.k.a susah move on. Konflik dalam industri medianya kurang tergali dan terkesan membingungkan serta kurang fokus. Konfliknya melebar kemana-mana. Kalau hanya melihat jalan ceritanya saja, pasti akan terasa biasa saja. Tapi bumbu romansa manis ditambah penampilan kece Ji Chang Wook bikin drama ini menyihir penonton. Meski aku kurang suka pemeran utama wanitanya, si Healer ini sudah menghipnotis penonton dengan aksinya. Tapi drama ini terasa seperti City Hunter terutama bagian akhirnya. Selain itu, pemeran utama wanita yang sama-sama diperankan oleh Park Min Young selalu membuatku membandingkan drama ini dengan City Hunter. Overall, ini drama biasa tapi dengan pemeran utama pria yang tak biasa. Ga heran Ji Chang Wook jadi saingan Lee Min Ho dalam hal popularitas. Ga banyak analisis yang bisa dilakukan di drama ini dan ga ada dialog yang menarik perhatianku untuk dikutip. Tapi yang pasti, sosok Healer sudah mencuri hati ini. Another bias, maybe?
P.s. Soundtracknya bikin meleleh setiap kali mendengarnya. Emang deh MLTR jagonya bikin lagu cinta nan romantis.
Saturday, October 10, 2015
Pemeran Utama
Aku juga karakter utama. -She Was Pretty, ep 8-
Akulah karakter utama dalam cerita hidupku. Mungkin bagi orang lain aku hanyalah karakter pendukung. Meski hanya dipandang sebagai karakter pendukung, aku tetap layak mendapat sorotan layaknya karakter utama.
Dulu aku sering berpikir seperti ini saat bersama teman yang jauh lebih cantik, pintar dan menarik. Saat berjalan bersama teman macam ini, aku nampak seperti butiran debu yang tidak berarti. Di episode 8 ini, SWP benar-benar membuatku berpikir bahwa aku seperti Kim Hye Jin. Jika dibandingkan dengan Min Ha Ri sahabatnya, Hye Jin jauh dari kata menarik secara fisik. Tapi sebenarnya dia orang yang unik dan menarik jika kita menggali karakternya lebih dalam. Dibalik fisiknya yang tampak tidak menarik, ada pribadi yang ulet, cerdas, ceria dan banyak kelebihan lainnya yang tidak ditemukan dalam diri Ha Ri. Orang seperti Hye Jin ini awalnya seperti tak diharapkan namun orang yang telah mengenalnya pasti akan merasa kehilangan jika tidak ada dia.
Sejak dulu aku selalu punya prinsip bahwa kecantikan hati jauh lebih penting daripada kecantikan fisik. Mungkin terdengar seperti seorang pecundang yang berlindung dibalik kata-kata bijak. Ya, awalnya memang seperti itu. Aku seperti seorang pecundang dengan banyak kekurangan secara jasmani yang membela diri atas nama inner beauty. Aku seperti Hye Jin yang berkawan bahkan bersahabat dengan seorang wanita yang lebih cantik, cerdas dan populer. Ketika jalan bersama kawan macam ini, perhatian hanya tertuju pada kawanku ini. Aku hanya terlihat seperti seorang dayang-dayang. Aku benci setiap kali ada dalam situasi seperti ini. Tapi aku selalu berusaha menghibur diri dengan jurus ampuh inner beauty. Namun, seiring berjalannya waktu, temanku yang cantik, cerdas dan populer ini tak sesempurna yang aku bayangkan. Kenyataan bahwa dibalik kecantikan, kecerdasan dan ketenaran itu selalu terselip sifat dan sikap jelek dia yang menyebalkan membuat aku patah hati. Ia tak sesempurna putri-putri dari negeri dongeng. Aku berpikir bahwa aku telah salah menilainya. Kecewa, itu yang kurasa. Lama-lama aku meyakini bahwa memang betul kecantikan hati itulah yang paling utama.
Sejak itu, aku lebih percaya diri. Aku berusaha menjadi diriku sendiri dengan segala kekurangan dan kelebihanku. Aku ingin menjadi pribadi ceria, cerdas dan menarik seperti karakter Kim Hye Jin. Biarlah orang lain menemukan kecantikan dari dalam hatiku bukan dari ragaku.
Wednesday, July 22, 2015
Remember You, Remember Three Previous Dramas
Thursday, July 16, 2015
Gru: Pencuri Bulan tapi Orang Tua Penyayang
Entah untuk ke berapa kalinya aku menobton Despicable Me. Namun, malam ini berbeda. Aku mendapat sosok lain dari Gru.
Selama ini tingkah polah Margo, Edith dan Agnes juga para Minion mencuri perhatianku sehingga aq luput memperhatikan Gru. Otak kritisku hari ini lebih peka. Mungkin akibat doktrin-doktrin zaman kuliah sastra dulu. *Lupakan tentang kuliah*
Kembali ke Gru. Gru itu digambarkan sebagai penjahat yang tengah merencanakan aksi terbesar sepanjang masa yakni pencurian bulan. Sejak kecil Gru memang terobsesi dengan bulan. Ia mulai menggambar bulan, membuat purwa rupa roket dari makaroni, membuat roket sungguhan sampai akhirnya mencuri bulan. Saat menjelaskan obsesinya terhadap bulan ini, Gru kecil tidak mendapat respon positif dari ibuny. Ibunya terkesan mengacuhkan Gru dan relatif meremehkan Gru. Ya itu menurut interpretasi saya. Gru sepertinya tumbuh tanpa perhatian yang cukup dari ibunya. Ya mungkin kind of praiseless. Dingin. Itu yang tergambar dari sikap ibunya Gru.
Di sisi lain, Gru terpaksa mengadopsi Margo, Edith dan Agnes untuk memuluskan rencananya. Meski awalnya ia berniat memperalat anak-anak itu, tapi pada akhirnya Gru tulus menyayangi mereka. Di sinilah menariknya. Gru dibesarkan oleh ibu yang kurang hangat dan terkesan cuek. Namun Gru mampu menjadi orang tua yang baik, perhatian dan lembut (terlepas dari penampilannya yang menakutkan). Mungkin apa yang Gru rasakan saat kecil membuat dia bersikap menjadi orang tua yang lebih baik dari ibunya. Terlihat perubahan Gru, mulai dari acuh tak acuh sampai dengan hangatnya memberi kecupan selamat malam. Ooouuuhhhh...
Sisi Gru seperti ini yang aku suka. Padahal Gur juga anak-anaknya tak tahu persis kehangatan sebuah keluarga. Tapi mungkin itulah yang akhirnya membuat Gru menjadi penyayang pada anak-anak yang sebelumnya tidak mendapat kasih sayang.
Kelak aku ingin mencontoh Gru. Aku ingin menjadi orang tua yang hangat dan senantiasa mengekspresikan kasih sayang pada anak-anakku kelak. Aku ingin menjadi orang tua yang lebih baik dari orang tuaku. Cause I know how it feels. Growing up with less affection and warmth.
Tuesday, July 14, 2015
Idul Fitri: Momen Mengukuhkan Posisi
Apa makna dari Idul Fitri? Perayaan kemenangan? Momen silaturahmi? Saatnya berbagi? Rasanya ada makna lain selain yang telah disebutkan tadi.
Idul Fitri merupakan momen silaturahmi dimana banyak orang melakukan kunjungan ke sanak saudara, kerabat dan kolega. Momen ini juga dipakai untuk menggelar open house oleh beberapa orang. Pertanyaannya, siapakah yang berkunjung dan dikunjungi? Lalu orang seperti apa yang menggelar open house?
Kebanyakan orang yang dikunjungi adalah orang yang dituakan seperti orang tua, paman, bibi, kakak tertua, dsb. Tapi apa memang hanya memandang usia atau posisi dalam keluarga? Saya rasa tidak. Ada sebagian orang yang mengungjungi berdasarkan power yang lebih besar baik itu power dalam arti kedudukan atau harta. Selain itu faktor kedekatan atau keakraban pun mempengaruhi. Meski ada seseorang yang dituakan namun tidak memiliki power, jika ia memiliki kedekatan yang tinggi maka ia pun akan dikunjungi. Lantas bagaimana kalau tidak memiliki power dan kedekatan meski ia dituakan? Ya, jangan harap dikunjungi. Ia bisa mengunjungi untuk sekedar bersilaturahmi atau sekedar menunjukkan eksistensi.
Disamping hal kunjungan ini, gelaran open house tak kalah menarik untuk dicermati. Siapakah yang biasanya menggelar open house? Tak jauh berbeda dengan kasus di atas, tuan rumah open house biasanya adalah seseorang yang memiliki kekuasaan, kedudukan, materi berlimpah, popularitas dan sebagainya. Bagi orang-orang yang tidak memiliki hal di atas biasanya hanya akan menjadi tamu dalam acara open house tersebut. Karangan bunga, bingkisan, parsel hanya ditujukan bagi orang-orang penting yang kebanyakan adalah tuan rumah open house tersebut, ya kecuali bingkisan lebaran yang diterima pegawai.
Dua kasus diatas sebenarnya menggambarkan bahwa Idul Fitri di mana kita kembali suci tetap saja diwarnai oleh hal duniawi yang tak akan dibawa mati. Buat apa banyak parsel diterima kalau ia tak pernah berbagi. Buat apa ia berbagi kalau hanya ingin dipuji. Buat apa ia dikunjungi kalau tak pernah mengunjungi. Setiap tahunnya selalu ia yang dikunjungi tanpa pernah mengunjungi orang lain dibawahnya. Jika memang niatnya menjalin silaturahmi kenapa tak setiap tahun tuan rumahnya berganti? Jadi, mungkin saja Idul Fitri ini hanya momen mengukuhkan posisi.
Sunday, June 28, 2015
My Drama, Reply 2007
-Yoon Yoon Jae, Reply 1997-
Drama tahun 2012 yang baru sekarang gue tonton. Suka banget sama persahabatan di drama ini. Bukan bagian sahabat jadi cintanya tapi benar-benar dapet banget gambaran persahabatannya. Jahil, berantem, kadang membully (Oke... buat gue bully disini lebih ke jahil dan iseng tanda sayang bukan penindasan. Ga nemu kata-kata yg cocok selain 'bully'). Kadang terserang cinlok, kadang marah akan hal-hal sepele. Tapi saat sahabat lagi jatuh, semua ga tinggal diam. Mereka selalu ada. Dan kenangan dengan sahabat adalah salah satu yang termanis.
Selain itu pesan tentang makna keluarga pun sangat kental. Hubungan brotherhood, father-daughter, sudut pandang orang tua terhadap anaknya... Campur-campurlah. Suka sama setiap narasinya Yoon Jae yg menyampaikan mesejnya.
Kalau gue punya kesempatan buat drama Reply, gue mau buat Reply 2007. Gue pengen dapet jawaban dari tahun 2007 yg sampe sekarang bikin penasaran. Ya meski di tahun 2015 gue udah tahu endingnya meski ga dapat jawabannya. 😔😥ðŸ˜
Thursday, June 4, 2015
Adios Amigos
Hari ini sepertinya hari terakhir aku mengerjakan pekerjaan di sekolah. Kelak saat aku ada di sekolah itu, peranku hanyalah sebagai tamu. Episode dramaku dengan peran guru yang kumainkan telah selesai. Sepertinya aku belum bisa memainkan peranku dengan baik. Untuk mengetahui apakah episode dramaku di FI telah berjalan baik, efeknya mungkin baru terlihat di masa mendatang.
Aku selalu merasa sesak di d ada dan panas di mataku jika ingat aku meninggalkan sekolah itu terlebih dalam keadaan seperti ini. Berat sekali rasanya. Saat aku masuk ke kelas Cordova untuk mengambil kertas rapor, aku tak ingin berlama-lama. Aku takut dada ini sesak dan mataku tak mampu membendung air mata. Melihat pohon cordova teringat mereka. Teringat semua momen yang kuhabiskan di kelas itu. Entah apakah kelak mereka akan mengingatku dan merindukanku, tapi yang jelas aku pasti akan sangat merindukan mereka.
Amigos... Ya mereka bukanlah murid biasa bagiku. Mereka layaknya amigos... Best friend... Teman baikku. Di saat aku tak bisa mengekspresikan kesedihanku pada teman-teman peradiass, aku malah dengan mudahnya menunjukkan kesedihanku. Sekalipun aku berkelit bahwa aku baik-baik saja, mereka tau aku tidak dalam keadaan baik. Semua kejahilannya, kebisingannya dan celetukan-celetukanya takkan pernah lekang dari ingatan. Masa transisi mereka yang menghadapi berbagai masalah dan tantangan memberikan pelajaran sendiri bagiku. Ya.. Merekalah amigosku....
Terima kasih kiddos... Kalian telah banyak mewarnai hidupku selama tiga tahun ini. Tak sanggup aku mengucapkan selamat jalan pada kalian. Tak sanggup mata ini kelak menahan derasnya air mata di prosesi penglepasan kalian a.k.a. wisuda. Selamat jalan, amigos... Selamat mengukir cerita baru di SMA. Jika kalian butuh bantuan, jangan ragu untuk menghubungi. Jika butuh seorang pendengar, aku siap menyimak semua ceritamu.
Adel, Allia, Anisa, Arini, Arsyila, Putri, Belvy, Kiki, Fathiyyah, Firda, Hani, Isel, Hana, Indira, Icha, Mahira, Nabila, Wanda, Ridha, Shinta, Shofi, Gia dan Yunita ... You are my best students I ever had!!!
Sunday, May 31, 2015
Don't Say Good Bye
Ketika tulisan ini ditulis, mataku masih berair dan sembap. Rasanya tak ingin kuungkapkan sakitnya berpisah. Entah apakah tulisan ini akan dibaca mereka.
Seperti judulnya, aku memang tak ingin mengucapkan selamat tinggal pada mereka. Ya... Mereka yang kusayangi. Tapi aku telah sampai pada satu pilihan dan suatu titik dimana aku harus mengucapkan perpisahan meski ku tak ingin.
Perpisahan pertama adalah dengan anak-anak bimbinganku, Atmosis. Sejak awal aku agak menjaga jarak dengan mereka. Aq tak ingin jatuh cinta pada mereka karena aku tahu akan berat melepas mereka kelak jika aku terlanjur jatuh cinta. Hari demi hari, rapat demi rapat dan program demi program telah kami jalani. Awal aku mendampingi mereka banyak tantangan yang harus kuhadapi. Aq ingat ketika program pertama kami diadakan aku tak bisa mendampingi mereka karena kewajiban lain sebagai wali kelas. Seiring berjalannya waktu, konflik pun mulai muncul. Mulai dari isu VMJ, konflik kekompakkan tim, sampai menon-aktifkan salah satu anggota. Berat memang berat. Apalagi aku harus pintar-pintar membagi waktu dan perhatianku di sela-sela persiapan UN kelas 9. Alhamdulillah, aku memiliki anak-anak bimbingan yang tangguh. Aku kira mereka akan gampang menyerah karena beberapa kali aku marah dan pundung. Tapi nyatanya tidak. Itu terlihat dari bagaimana mereka sukses menggelar Palestine Day Februari lalu meski awalnya aku sempat menyangsikan dan mematahkan semangat mereka.
Ku kira aku bisa dengan mudah meninggalkan mereka karena sikapku yang keras. Tapi nyatanya tidak. Sepertinya aku telah jatuh cinta pada mereka. Berat rasanya harus meninggalkan mereka setelah Pensi kemarin. Ku pikir dengan mudah dapat mengucapkan salam perpisahan. Nyatanya ada yang hilang dari hatiku, seperti ada lubang yang menganga. Kosong. Seperti itulah rasanya.
Jika tulisan ini terbaca, ku ingin mereka tahu bahwa aku menyayangi mereka. Terima kasih atas satu periode (meski tak penuh) yang tak terlupakan. Maaf karena harus mengakhiri lebih dulu.
Kedua, ini yang paling berat. Perpisahan Galasix. Sebuah angkatan yang kucintai. Hmmmppp.... Hampir tiga tahun aku mendampingi mereka, khususnya akhwat Galasix. Akan sangat sulit mengucapkan selamat jalan kepada mereka. Maaf.... Hanya kata itu yang terucap. Maaf karena kalian pernah kena marah oleh saya. Maaf karena saya yang sensitif dan gampang pundung. Maaf karena saya belum bisa menjadi guru dan wali kelas yang baik selama ini. Maaf karena saya harus lulus lebih dulu daripada kalian. Maaf karena saya tak bisa ada saat pengumuman kelulusan kalian. Juga maaf kalau saat kalian wisuda nanti saya tak datang melihat kalian resmi menjadi alumni. Jika datangpun akan sangat sedih melepas kalian kelak. Selamat jalan kiddos. Love you so much. Selamat menempuh masa-masa yang kata orang the most unforgettable moment; masa SMA. Semoga ilmu yang telah kalian peroleh menjadi berkah bagi kalian dan orang lain.
P.s. Kalau bertemu di jalan, sapa aja ya. Aku mah gitu orangnya. Jalan teh fokus teuing jadi ga nyadar orang di sekeliling.
Sunday, January 25, 2015
Teary Day
Terkadang air mata tak hanya menetes saat kita sedang sedih saja. Air matapun menetes saat emosi tak dapat lagi kukendalikan. Amarah yang menguasai diri membuncah dan memompa air mata keluar. Ketika air mata telah membasahi pipi, beban berat dalam hati kan berkurang, emosi pun mereda dan kembali bisa menguasai diri. Kalau emosi tertahan, air mata menggenang dan suara bergetar tertahan. Bayangkan, dalam keadaan seperti itu bagaimana aku harus mengajar?
Amarah pada diri sendiri yang menjadi pribadi yang lemah. Selemah-lemahnya diri sehingga membiarkan orang lain mengatur suasana hati. Bukankah aku yang harusnya pegang kendali? Aku benci kalau sudah seperti ini. Layaknya kisah seorang ayah yang berjalan bersama anak dan keledainya. Setiap langkah yang ia ambil selalu saja mengundang orang untuk berkomentar dan buruknya ia selalu mendengarkan komentar orang tersebut sehingga merepotkan dirinya sendiri. Begitulah diriku kini. Suatu kondisi yang sangat kubenci.
Aku hampir saja terpuruk dan terjatuh di tengah-tengah dan berakhir menjadi pecundang jika saja tidak ada dukungan keluarga saat itu. Aku bisa saja mengambil keputusan dalam keadaan emosi yang mungkin saja kelak kan kusesali. Kutahan egoku untuk.berpikir lebih jernih. Kubuka telinga dan hatiku lebar-lebar untuk nasehat dari kakak-kakakku. Kutenangkan diri dengan berhibernasi selama dua hari.
Kini, di penghujung masa hibernasi itu, ada sedikit sesak yang mengikat. Namun kali ini takkan kubiarkan lebih jauh menyiksa. Takkan kubiarkan lagi orang lain menguasai suasana hatiku. Harus belajar menjadi emotionless.
Susah memang jika biasanya tampil ceria dan bawel, lengkap dengan keisenganku kemudian berubah menjadi sosok kaku dan pemurung. Haahaha.... Bukan aku banget sepertinya. Maka ketika sesuatu terjadi padaku makan akan tertulis jelas di dahiku bagaimana suasana hatiku. Ya... Aku tak bisa menyembunyikannya.
Kini, aku berharap One Fine Day itu segera tiba. Cukuplah sudah teary day yang kulalui kemarin. Can't Stop me right now. I will Run on Monday ditemani Star,You... My Love dengan Comfort Song yang indah.