“My
family, your family, our familly are under attack.”
Kalimat ini dengan lantangnya disuarakan Bu Elly Risman saat membuka seminar parenting dengan tema “Mempersiapkan
Anak Tangguh di Era Digital”. Mendengar ucapan Bu Elly yang bernada peringatan
keras ini, saya membuka mata dan telinga lebar-lebar untuk menyimak ilmu yang
sangat bermanfaat ini. Bu Elly mengungkapkan bahwa orang tua saat ini tidak
bisa dengan santainya menganggap bahwa anak-anak mereka baik-baik saja. Banyak
pula orang tua yang tidak siap menjadi orang tua. Untuk menjadi orang tua, kita
tidak bisa menimba ilmunya melalui bangku sekolah. Karena itu, ilmu dari
seminar parenting ini setidaknya akan
menjadi bekal bagi saya ketika kelak menjadi orang tua.
Ketidaksiapan orang tua menjadi
orang tua menjadi salah satu celah ancaman bagi keluarga kita. Ketidaksiapan menjadi
orang tua disebabkan karena orang tua tidak menguasai tahapan perkembangan anak
dan bagaimana cara otak bekerja. Dua hal mendasar ini akan berpengaruh pada
kepribadian dan masa depan anak. Salah satu bentuk ketidaksiapan orang tua
terlihat dari cara bicara mereka. Bu Elly mengungkapkan ada 8 kekeliruan dalam
komunikasi:
1.
Bicara tergesa-gesa
Sudah menjadi rahasia umum bahwa orang tua, khususnya
ibu digambarkan cerewet dan bawel. Lihatlah bagaimana ketika orang tua mengomel
pada anak-anaknya. Umumnya, orang tua bicara begitu cepat dan panjang lebar.
Ini salah satu bentuk kekeliruan dalam berkomunikasi. Bicara panjang lebar dan
tergesa-gesa akan menghasilkan masuk kuping kanan keluar kuping kiri.
2. Tidak kenal diri sendiri
Sangat mudah bagi kita untuk menggambarkan orang lain
yang kita kenal. Namun, sulit bagi kita untuk menggambarkan diri sendiri. Hal
ini dikarenakan kita tidak mengenal diri sendiri.
3.
LUPA bahwa setiap individu itu UNIK
Selain tidak mengenal diri sendiri, kita seringkali
lupa bahwa setiap individu memiliki keunikannya masing-masing. Seorang anak
akan membawa setidaknya 350 sifat dari ayahnya dan 350 sifat dari ibunya. Kita
tidak tahu sifat mana yang akan muncul lebih dominan. Sifat-sifat yang muncul
ini tentunya berbeda untuk setiap anak yang bersaudara meski mereka sama-sama mewarisi sifat bawaan dari ayah dan ibunya. Hal ini menunjukkan bahwa setiap
individu itu unik.
4.
Kebutuhan dan kemauan BERBEDA
Seringkali kita tidak bisa membedakan antara kebutuhan
dan kemauan. Kita bertindak lebih banyak sesuai kemauan bukan kebutuhan. Hal
ini menjadi faktor kekeliruan orang tua dalam berkomunikasi.
5.
Tidak bisa membaca bahasa tubuh
Orang tua dituntut untuk bisa membaca bahasa tubuh
yang ditunjukkan anak. Kegagalan dalam berkomunikasi bisa jadi akibat orang tua
yang tidak mampu membaca bahasa tubuh anak.
6.
Tidak mendengar perasaan
Selain bahasa tubuh, orang tua juga harus mampu
mendengar perasaan anaknya. Ketidakmampuan orang tua memahami perasaan anaknya
maka komunikasi dengan anak tidak dapat terjalin dengan baik.
7.
Kurang mendengar aktif
Saat orang tua bicara dengan anak, biasanya orang tua
akan menjadi pihak yang lebih aktif berbicara daripada mendengarkan.
Seharusnya, orang tua lebih banyak mendengar daripada berbicara.
8.
Cara bicara yang keliru
Umumnya, orang tua bicara menggunakan gaya bicara yang
tidak tepat terhadap anaknya. Setidaknya ada 12 gaya bicara populer yang biasa
dilakukan oleh orang tua: memerintah, menyalahkan, meremehkan, membandingkan,
mencap/melabeli, mengancam, menasehati, membohongi, menghibur, mengkritik,
menyindir, dan menganalisa.
Kekeliruan
ini dapat berakibat buruk terhadap anak. Bu Elly menyebutkan bahwa kekeliruan ini dapat melemahkan konsep diri anak,
membuat anak diam, melawan, menentang, tidak peduli dan sulit diajak bekerja
sama, merasa tidak berharga dan tidak percaya diri serta tidak terbiasa
berpikir, memilih dan mengambil keputusan bagi dirinya sendiri.
No comments:
Post a Comment