Sunday, May 7, 2017

A Loner

In a world full of people I stand alone
Changing my direction to get a bigger home
I used to think it would get rid of my loneliness
Leaving dearest friends and relatives to be closer to more beloved ones
It seemed to sail smoothly in spite of small waves hitting me
I  never imagined that new boat I was sailing on would make me lost in a huge storm
I thought we could stick together during the storm and stay together till we find an island to settle down
The storm ended but it made us separate
I was left behind on an almost sinking boat while the others swim together to get a safer place
I was betrayed by high expectations I once imagined
Now, I am lost in a giant wave
I have nowhere to go
I have nothing but loneliness within
After all I was a loner
And I am a loner, now

Friday, July 8, 2016

Frozen

This iceberg is covering the small flesh Freezing and hardening makes it heartless Alone in the midst of a storm
Looking for companions to get warm

Thursday, December 24, 2015

Toleransi Antara Natal dan Maulid Nabi

Semoga di malam natal ini tidak terjadi insiden apapun dan teman-teman yang Kristiani bisa menjalankan ibadah dengan lancar. Jika tidak bisa mengucapkan 'Selamat Natal' saya rasa tidak sepantasnya pula memajang himbauan larangan mengucapkan Selamat Natal di media sosial. Kita bisa memilih untuk diam dan tidak mengucapkan Selamat Natal, namun jangan sampai memprovokasi dan memperuncing perbedaan dengan himbauan tersebut di media sosial. Bukankah lebih baik menuliskan harapan untuk keamanan dan kedamaian selama teman-teman umat agama lain beribadah sehingga bisa terjalin kerukunan dan silaturahim yang baik?

Lagipula, kenapa yang digaungkan untuk dilarang hanya Selamat Natal saja? Bagaimana dengan perayaan agama lain seperti Nyepi, Galungan, Waisak dan Imlek? Apa karena mereka lebih minoritas jadi jarang sekali digaungkan himbauan seperti itu? Jika ingin adil, seharusnya himbauan seperti itu yang mereka pampang saat ini juga mereka pampang saat hari besar agama lainnya.

Saya pribadi melihat himbauan larangan ucapan Selamat Natal ini lebih berpotensi untuk memecah belah umat Islam dan Kristen. Jika tujuan anda berdakwah, apakah dulu Rasulullah juga melakukan hal seperti ini? Saya yakin Rasulullah mengajarkan akidah yang kuat dalam dakwahnya namun beliau tidak pernah mengajarkan untuk menyakiti hati orang lain termasuk non muslim. Jika tujuannya dakwah namun isinya menyakiti hati orang lain apakah akan tetap baik?

Bukan kebetulan tgl 12 Rabiul Awal tahun ini jatuh berdekatan dengan hari Natal. Itu terjadi atas kuasa Allah. Ini justru momentum yang baik untuk kita belajar lagi bagaimana dulu Rasulullah memperlakukan non muslim. Bukti cinta kepada Rasulullah itu bukan dengan membuat peringatan hari lahirnya, tapi dengan meneladani beliau. Percuma membuat peringatan hari lahir beliau tapi masih menyakiti hati sesama manusia. Yang ada tindakan seperti ini hanya akan menumbuhkan kebencian di hati non muslim. Kalau begini, tidak heran Islamophobia terus berkembang.

Yuk, kita dakwah dengan cara yang baik. Rasulullah saja mau menyuapi seorang Yahudi dengan kasih sayang meski ia dizalimi. Masa kita yang mengaku umatnya tidak bisa mencontoh akhlak beliau. Minimal kita bisa membantu menjaga keamanan dan kenyamanan saat non muslim beribadah agar mereka bisa fokus beribadah tanpa kekecewaan dan kebencian terhadap muslim akibat himbauan larangan ucapan Selamat Natal itu.

Sunday, December 20, 2015

Our Family Under Attack (1)


                “My family, your family, our familly are under attack.” Kalimat ini dengan lantangnya disuarakan Bu Elly Risman saat membuka seminar parenting dengan tema “Mempersiapkan Anak Tangguh di Era Digital”. Mendengar ucapan Bu Elly yang bernada peringatan keras ini, saya membuka mata dan telinga lebar-lebar untuk menyimak ilmu yang sangat bermanfaat ini. Bu Elly mengungkapkan bahwa orang tua saat ini tidak bisa dengan santainya menganggap bahwa anak-anak mereka baik-baik saja. Banyak pula orang tua yang tidak siap menjadi orang tua. Untuk menjadi orang tua, kita tidak bisa menimba ilmunya melalui bangku sekolah. Karena itu, ilmu dari seminar parenting ini setidaknya akan menjadi bekal bagi saya ketika kelak menjadi orang tua.
                Ketidaksiapan orang tua menjadi orang tua menjadi salah satu celah ancaman bagi keluarga kita. Ketidaksiapan menjadi orang tua disebabkan karena orang tua tidak menguasai tahapan perkembangan anak dan bagaimana cara otak bekerja. Dua hal mendasar ini akan berpengaruh pada kepribadian dan masa depan anak. Salah satu bentuk ketidaksiapan orang tua terlihat dari cara bicara mereka. Bu Elly mengungkapkan ada 8 kekeliruan dalam komunikasi:
      1.       Bicara tergesa-gesa
Sudah menjadi rahasia umum bahwa orang tua, khususnya ibu digambarkan cerewet dan bawel. Lihatlah bagaimana ketika orang tua mengomel pada anak-anaknya. Umumnya, orang tua bicara begitu cepat dan panjang lebar. Ini salah satu bentuk kekeliruan dalam berkomunikasi. Bicara panjang lebar dan tergesa-gesa akan menghasilkan masuk kuping kanan keluar kuping kiri.
2.     Tidak kenal diri sendiri
Sangat mudah bagi kita untuk menggambarkan orang lain yang kita kenal. Namun, sulit bagi kita untuk menggambarkan diri sendiri. Hal ini dikarenakan kita tidak mengenal diri sendiri.
      3.       LUPA bahwa setiap individu itu UNIK
Selain tidak mengenal diri sendiri, kita seringkali lupa bahwa setiap individu memiliki keunikannya masing-masing. Seorang anak akan membawa setidaknya 350 sifat dari ayahnya dan 350 sifat dari ibunya. Kita tidak tahu sifat mana yang akan muncul lebih dominan. Sifat-sifat yang muncul ini tentunya berbeda untuk setiap anak yang bersaudara meski mereka sama-sama mewarisi sifat bawaan dari ayah dan ibunya. Hal ini menunjukkan bahwa setiap individu itu unik.
      4.       Kebutuhan dan kemauan BERBEDA
Seringkali kita tidak bisa membedakan antara kebutuhan dan kemauan. Kita bertindak lebih banyak sesuai kemauan bukan kebutuhan. Hal ini menjadi faktor kekeliruan orang tua dalam berkomunikasi.
      5.       Tidak bisa membaca bahasa tubuh
Orang tua dituntut untuk bisa membaca bahasa tubuh yang ditunjukkan anak. Kegagalan dalam berkomunikasi bisa jadi akibat orang tua yang tidak mampu membaca bahasa tubuh anak.
      6.       Tidak mendengar perasaan
Selain bahasa tubuh, orang tua juga harus mampu mendengar perasaan anaknya. Ketidakmampuan orang tua memahami perasaan anaknya maka komunikasi dengan anak tidak dapat terjalin dengan baik.
      7.       Kurang mendengar aktif
Saat orang tua bicara dengan anak, biasanya orang tua akan menjadi pihak yang lebih aktif berbicara daripada mendengarkan. Seharusnya, orang tua lebih banyak mendengar daripada berbicara.
     8.       Cara bicara yang keliru
Umumnya, orang tua bicara menggunakan gaya bicara yang tidak tepat terhadap anaknya. Setidaknya ada 12 gaya bicara populer yang biasa dilakukan oleh orang tua: memerintah, menyalahkan, meremehkan, membandingkan, mencap/melabeli, mengancam, menasehati, membohongi, menghibur, mengkritik, menyindir, dan menganalisa.

Kekeliruan ini dapat berakibat buruk terhadap anak. Bu Elly menyebutkan bahwa kekeliruan ini dapat melemahkan konsep diri anak, membuat anak diam, melawan, menentang, tidak peduli dan sulit diajak bekerja sama, merasa tidak berharga dan tidak percaya diri serta tidak terbiasa berpikir, memilih dan mengambil keputusan bagi dirinya sendiri.


Saturday, November 14, 2015

Dunia Bising

Manusia berkumpul di dunia maya. Dunia yang bising hanya karena sesuatu yang viral. Musim yang ada di dunia maya cepat berganti, tak seperti musim semi, musim panas, musim gugur atau pun musim dingin. Dalam hitungan jam trending topik berganti. Kebisingan dalam dunia ini seperti terarah pada trending topik yang menjadi nomor wahid.

Sebuah insiden dapat membuat seseorang mengubah bendera negaranya. Apa yang hendak kau tunjukkan dengan bendera itu? Tagar #pray yang kau tuliskan apakah benar itu yang kau lakukan? Atau hanya sebuah hiasan? Apakah tagar itu kau selipkan dalam doamu ketika berkomunikasi dengan Tuhanmu?

Tak perlulah kau tunjukkan tagar itu kalau hanya sebagai pajangan belaka. Lisanmu kadang tak sejalan dengan tagarmu. Jarimu mengetik pray, namun lisanmu enggan melafalkannya. Tak perlulah kau ganti fotomu menjadi bendera atau lambang duka. Ku yakin di dalam hatimu kau ikut berduka. Lisanmu yang melantunkan doa apalagi sembunyi-sembunyi, itu lebih baik daripada sekedar tagar atau foto profil.

Janganlah kau pilih-pilih dalam berdoa. Sekarang kau tunjukkan #pray4paris namun kau bungkam pada yang lain. Bukankah sebaiknya doamu itu lebih general?

Tak perlulah kau menambah bising dunia maya dengan tagar dan kecamanmu kalau kau hanya bisa diam dan menutup mata dalam dunia nyatamu. Dunia bising itu hanya akan ramai untuk trending sekejap. Namun doamu dalam hening, tak perlu menunggu trending topik menjadi-jadi. Tak perlu berhenti hanya karena trending topik berganti. Doamu untuk bumi dan segala isi alam ini akan jauh lebih berarti.

Tuesday, November 3, 2015

Healer

Jalan ceritanya memang tidak sekuat Pinocchio, tapi memang drama ini sama-sama membuat SuMo a.k.a susah move on. Konflik dalam industri medianya kurang tergali dan terkesan membingungkan serta kurang fokus. Konfliknya melebar kemana-mana. Kalau hanya melihat jalan ceritanya saja, pasti akan terasa biasa saja. Tapi bumbu romansa manis ditambah penampilan kece Ji Chang Wook bikin drama ini menyihir penonton. Meski aku kurang suka pemeran utama wanitanya, si Healer ini sudah menghipnotis penonton dengan aksinya. Tapi drama ini terasa seperti City Hunter terutama bagian akhirnya. Selain itu, pemeran utama wanita yang sama-sama diperankan oleh Park Min Young selalu membuatku membandingkan drama ini dengan City Hunter. Overall, ini drama biasa tapi dengan pemeran utama pria yang tak biasa. Ga heran Ji Chang Wook jadi saingan Lee Min Ho dalam hal popularitas. Ga banyak analisis yang bisa dilakukan di drama ini dan ga ada dialog yang menarik perhatianku untuk dikutip. Tapi yang pasti, sosok Healer sudah mencuri hati ini. Another bias, maybe?

P.s. Soundtracknya bikin meleleh setiap kali mendengarnya. Emang deh MLTR jagonya bikin lagu cinta nan romantis.

Saturday, October 10, 2015

Pemeran Utama

Apa kau saja karakter utama?
Aku juga karakter utama. -She Was Pretty, ep 8-

Akulah karakter utama dalam cerita hidupku. Mungkin bagi orang lain aku hanyalah karakter pendukung. Meski hanya dipandang sebagai karakter pendukung, aku tetap layak mendapat sorotan layaknya karakter utama.

Dulu aku sering berpikir seperti ini saat bersama teman yang jauh lebih cantik, pintar dan menarik. Saat berjalan bersama teman macam ini, aku nampak seperti butiran debu yang tidak berarti. Di episode 8 ini, SWP benar-benar membuatku berpikir bahwa aku seperti Kim Hye Jin. Jika dibandingkan dengan Min Ha Ri sahabatnya, Hye Jin jauh dari kata menarik secara fisik. Tapi sebenarnya dia orang yang unik dan menarik jika kita menggali karakternya lebih dalam. Dibalik fisiknya yang tampak tidak menarik, ada pribadi yang ulet, cerdas, ceria dan banyak kelebihan lainnya yang tidak ditemukan dalam diri Ha Ri. Orang seperti Hye Jin ini awalnya seperti tak diharapkan namun orang yang telah mengenalnya pasti akan merasa kehilangan jika tidak ada dia.

Sejak dulu aku selalu punya prinsip bahwa kecantikan hati jauh lebih penting daripada kecantikan fisik. Mungkin terdengar seperti seorang pecundang yang berlindung dibalik kata-kata bijak. Ya, awalnya memang seperti itu. Aku seperti seorang pecundang dengan banyak kekurangan secara jasmani yang membela diri atas nama inner beauty. Aku seperti Hye Jin yang berkawan bahkan bersahabat dengan seorang wanita yang lebih cantik, cerdas dan populer. Ketika jalan bersama kawan macam ini, perhatian hanya tertuju pada kawanku ini. Aku hanya terlihat seperti seorang dayang-dayang. Aku benci setiap kali ada dalam situasi seperti ini. Tapi aku selalu berusaha menghibur diri dengan jurus ampuh inner beauty. Namun, seiring berjalannya waktu, temanku yang cantik, cerdas dan populer ini tak sesempurna yang aku bayangkan. Kenyataan bahwa dibalik kecantikan, kecerdasan dan ketenaran itu selalu terselip sifat dan sikap jelek dia yang menyebalkan membuat aku patah hati. Ia tak sesempurna putri-putri dari negeri dongeng. Aku berpikir bahwa aku telah salah menilainya. Kecewa, itu yang kurasa. Lama-lama aku meyakini bahwa memang betul kecantikan hati itulah yang paling utama.

Sejak itu, aku lebih percaya diri. Aku berusaha menjadi diriku sendiri dengan segala kekurangan dan kelebihanku. Aku ingin menjadi pribadi ceria, cerdas dan menarik seperti karakter Kim Hye Jin. Biarlah orang lain menemukan kecantikan dari dalam hatiku bukan dari ragaku.