Tuesday, January 17, 2012

A story of shoes




Teringat salah satu dialog di BBF tentang arti sepatu bagi wanita. Katanya sepatu itu sangat penting bagi wanita karena sepatu akan membawa wanita kemana pun wanita itu pergi. Sepatu yang cantik diharapkan dapat membawa seorang wanita ke tempat yang indah dan baik untuknya. 
Sepatu itu layaknya simbol perjalanan hidup. Banyak banget film-film asia yang menggambarkan sepatu layaknya perjalanan hidup. Seperti shaolin soccer yang menggambarkan bagaimana kekuatan dari sepatu usang. Saat sepatu itu sudah tak lagi dipakai, pemilik sepatu itu seperti kehilangan kekuatan. Namun saat ia memakai lagi sepatu yang usang itu kekuatannya seolah muncul kembali. Bayangkan bagaimana sepasang sepatu begitu pentingnya. Sepatu selalu setia menemani orang yang memakainya kemana pun kaki orang itu melangkah. Seperti halnya woody di film toy story, kalau sepatu bisa bicara, ia akan berkata betapa bahagianya ia dapat menemani langkah kaki pemiliknya. Tapi ia pun akan sedih kalau hanya disimpan rapi di dalam kotak sepatu. 
selain itu, bagi wanita pun, momen-momen romantis dapat terjadi hanya karena  sepatu. Di beberapa adegan drama atau video klip korea, adegan dimana seorang pria mengikatkan tali sepatu kekasihnya dianggap romantis oleh wanita. Memang adegan ini dianggap adegan sederhana yang sarat akan romance. 
Lagi, hanya dengan sepasang sepatu. Ternyata sepatu itu punya cerita yang berbeda dalam penggunaannya.

Wednesday, November 16, 2011

Galau...oh galau...

GALAU! Kayanya kata galau tuh lagi ngepop banget ya... Sekarang kalau gundah gulana sedikit dibilang galau. Semalam saya baca salah satu blog teman saya yang membahas masalah kata galau ini. Menurutnya, kata galau ini semakin di salah artikan. Menulis sebuah saja di salah satu social media aja langsung dikomen galau oleh temannya. Teman saya pun nampaknya irritated ya atas komen tersebut karena dia merasa bahwa orang yang komentar galau itu ga bisa bedain antara bekreativitas dengan sajak dan bergalau ria melalui social media. Menulis kata puitis sedikit saja langsung dicap sedang galau. Saya jadi berpikir, ini memang kata galau yang disalahartikan atau memang makna galau ini bisa diterapkan dalam konteks2 yang saat ini sedang booming...(read:  konteks social media). Nah mari kita melongok sebentar ke link di bawah ini:

http://kamusbahasaindonesia.org/galau/mirip

Menurut KBBI di link tersebut, kata galau dapat didefinisikan sebagai situasi dimana seseorang sedang dalam keadaan kacau pikiran. Sekarang yang jadi pertanyaan apakah orang yang berkreativitas dalam menulis sajak itu dapat diartikan sebagai orang yang sedang kacau pikirannya (read: galau)? Menurut saya pribadi sih beda ya.. Kalau memang berkreativitas dengan kata puitis itu selalu diartikan dengan galau, berarti pujangga2 besar menghabiskan hampir seluruh hidupnya dalam kegalauan atuh ya? Hmmm, kalo gitu pikiran mereka selalu kacau dong? Nah, inilah yang harus diluruskan. Menulis itu baik puisi maupun prosa tidak bisa dicap begitu saja sebagai satu kegalauan. Menulis itu merupakan buah pikiran yang dituangkan dalam kata2. Memang benar bahwa bahasa itu merefleksikan pikiran seseorang. Tapi menulis satu karya dengan kata romantis dan puitis tidak begitu saja diartikan buah kegalauan. Susah lo menuangkan perasaan dengan kata pilihan penuh makna seperti puisi. Saya saja yang kuliah di jurusan sastra belum mampu menelurkan puisi yang berbobot. Banyak aspek yang harus dipikirkan dalam menulis (apapun itu). Nah, saat pikiran sedang kacau, memang seringkali memancing kita jadi kreatif dalam menulis tapi tidak berarti setiap tulisan hasil satu kegalauan. Karena dalam menulis karya sastra tidak bisa sembarang galau... kalaupun galau juga tetap galau cerdas karena penulis harus mampu memikirkan aspek nilai sastra dalam tulisannya.

Nah, sekarang kalau kita mau pake kata galau, liat2 sikon deh. Jadi generasi cerdas lah yang bisa memilah dan memilih penggunaan kata. Kan malu kalau pake satu kata tapi malah salah makna dan tak tepat konteks. Mau gaya malah malu deh.....

Sunday, November 13, 2011

The sweetest pain

Hari ini baru ku tahu
rasa nyeri menusuk menatap satu waktu
Ku tahu ini kan terjadi
sakit ini kan menyergap hati
dulu kubayangkan lelehan airmata
berlari membasahi hati
namun tak kusangka
luka melapangkan hati
inilah luka termanis
membawamu pergi dari hati
tanpa tangis sedih
tanpa senyum miris
melepasmu bahagia untukku
karena ku tahu 
disana menanti seseorang bagiku
ku cabut akar-akar kasih dari hati 
karena kelak kan kutanam dengan benih pengganti
Terimaksih untuk cerita lama
tanpanya ku takkan pernah merasa



Sunday, December 26, 2010

parbeut pengendara motor...

this accident happened yesterday when i just arrived at Depok. I was really shocked seeing how brutal the motor rider are nowadays. i think i was not as brutal as them when i rode my vega few years ago.

i wonder how they become so brutal as if the had nine lives as cats have. does it have any significant correlation with 'genk motor' which was mushroomed these past few years?

hmmppffhh....
this makes me think more than twice to ride motorcycle again. whenever i ride motorcycle carefully, other people may ride their motorcycles carelessly.

Saturday, December 11, 2010

Dilemma Anjing

Saya baru menyadari bahwa makna kata anjing sudah mulai bergeser ya....
Hal ini berawal ketika belajar English bersama Keisah--ponakan saya yang paling bawel. Ketika ditanya apa arti dog, dia kontan menjawab 'gugug'. Saya tanya, 'kenapa bilangya gugug?' Dia menjawab, 'Kan kata ibu ga boleh ngomong anjing.'

Dari kejadian diatas, insting linguistik saya menyala seketika. ada kecurigaan bahwa anak-anak sekarang dijauhkan dari kata anjing dan diganti menjadi gugug agar lebih halus. Kenyataannya, anjing terdapat dalam kamus besar Bahasa Indonesia untuk menerangkan hewan dengan empat kaki yang bisa menggonggong. Jika memang kata anjing itu sudah baku, kenapa harus diperhalus?

Saturday, December 4, 2010

Sebuah identitas....

Ketika ditanya tentang identitas, hal apakah yang terlintas dalam kepala anda?
Mungkin pikiran kita akan melintas KTP dengan cepat....atau mungkin nama?

Sekarang ini ternyata dalam segala hal identitas itu sangat penting.
Dalam bernyanyi, kita perlu memiliki ciri yang menjadi identitas.
Dalam menulis, identitas kita terlihat dari bahasa yang kita gunakan
Begitu juga dalam aktivitas lainnya.
Nampaknya memang dalam segala hal, identitas itu memang penting.

apapun jurusannya, tujuannya tetap satu...

Teringat kata-kata guru matematika di SMA. Tujuan matematika itu pada dasarnya simple kok..
matematika itu cuma untuk melatih otak dan cara berpikir kita...

ternyata ga cuma matematika...
belajar bahasa pun ternyata hanya untuk melatih cara berpikir kita agar bisa melihat satu masalah dari berbagai sudut pandang....